Nabi Muhammad SAW menikah dengan seorang wanita dari golongan pembesar Mekkah bernama Khadijah binti Khuwailid. Khadijah dinikahi Nabi ketika berusia 40 tahun dan Nabi Muhammad lebih muda yakni berusia 25 tahun.
Khadijah kala itu merupakan satu-satunya wanita terkaya dan terkenal di Mekkah. Kekayaan Khodijah tentutnya tidak datang secara tiba-tiba. Kekayaan Khodijah mayoritas berasal dari warisan mendiang suami. Sebelumnya Khadijah pernah menikah dan dipisahkan oleh maut.
Waktu itu Khadijah bin Khuwailid memiliki kekayaan dan jaringan perniagaan yang sangat luas. Pada titik ini, Khadijah memegang kendali operasional bisnis dan dari sinilah Khadijah memupuk hartanya.
Khadijah menjalankan bisnisnya tidak semudah yang dibayangkan. Resit Haylamaz dalam Khadija : The Firs Muslim and the Wife of the Prophet Muhammad (2007) menceritakan, saat itu perempuan tidak seperti laki-laki: Sering diremehkan dan dianggap lemah, apalagi soal urusan bisnis.
Namun, Dia tidak memperdulikan hal itu. Khadijah tetap berani menjalankan bisnis sekalipun bukan tugas yang mudah. Di musim panas dan dingin, Khadijah kerap memimpin pergerakan bisnis dari Mekkah ke Damaskus dan Yaman.
Selama menjalankan bisnisnya Khodijah memang tidak pernah terjun langsung, dan hanya pertugas semacam pengawas. Ia hanya mengarahkan pengiriman barang dan mengorganisir perdagangan internasional. Sementara urusan lapangan Khadijah menugaskan kepada orang-orang kepercayaan.
Salah satu orang kepercayaan Khadijah adalah pemuda dari suku Quraisy bernama Muhammad. Muhammad diberi tugas memasarkan barang dagangan ke kawasan Syam. Kare Armstrong dalam Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011) menceritakan, selama bertugas Muhammad sukses membuat dagangan Khadilah laris dan membawa uang.
Selain sukses berdagang, Muhammad juga memiliki sikap jujur, santun rendah hati dan amanah. Sikap itulah yang membuat Khadijah mulai terpukau. Khadijah jatuh cinta dan Muhammad menerimanya hingga keduanya menikah.
Setelah keduanya menikah, Muhammad tetap membantu Khadijah menjalankan bisnisnya meski tidak ada catatan pasti soal posisi Muhammad dalam bisnis istrinya. Satu hal yang pasti adalah Muhammad tidak lagi bertugas dilapangan. Selama proses pernikahan dan kenabian Muhammad, Khadijah menjadi kaya raya.
Menurut Resit Haylamaz, harta yang dimiliki Khadijah tidak bisa memberikan kedamaian atau kepuasan. Sebab, Khadijah ingin hartanya bermanfaat bagi orang lain supaya bisa jadi penerang bagi kehidupan di akhirat.
“Karena itulah Khadijah menginginkan kekayaannya jadi tak terhingga, sehingga dia bisa membelanjakan harta itu untuk tujuan Nabi Muhammad,” tulis Resit.
Khadijah dan suaminya sering sedekah kepada para fakir miskin dan budak. Selain itu, Khadijah juga sering mengadakan makan malam bersama bagi orang tidak mampu. Atas daar ini, selama 10 tahun pertama misi kenabian Muhammad, seluruh hartanya digunakan di jalan Allah.
Kiprah Khadijah akhirnya harus terhenti di usia 65 tahun 6 bulan atau tahun 619 Masehi. Riwayat Islam menyebut meninggalnya Khadijah membuat Nabi Muhammad sangat sedih. Sebab, peran perempuan tersebut dalam kehidupan Nabi Muhammad sangatlah besar