Kota Thaif adalah kota ketiga setelah Kota Makkah dan Mandinah, Kota yang berada di sebelah tenggara Makkah ini memiliki salah satu tempat yang menakjubkan dengan hamparan bunga-bunga mawar yang harum bermekaran saat musim semi tiba. Sejarah Kota Thaif surga di tengah gurun ini jadi daya tarik para jemaah umroh.
Thaif Dikenal Sebagai Kota Mawar
Kota Thaif yang berada di lembah pegunungan Asir dan pegunungan Al Hada sekitar 67 kilometer dari Kota Makkah memiliki ekosistem bagi ribuan kebun mawar yang membentang luas.
Kota ini dikenal sebagai kota mawar, pasalnya ada sekitar 800 perkebunan bunga yang terhampar menjadi daya tarik para wisatawan. Pada musim semi, penduduk Kota Thaif memetik, memanen dan menyuling sekitar 300 juta bunga. Hasil penyulingan itu salah satunya dijadikan sebagai minyak wangi yang populer di kalangan jutaan muslim yang melaksanakan ibadah haji dan umroh.
Kabarnya, air mawar dari Thaif juga digunakan untuk mencuci dindiing Ka’bah yang dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun di Masjidil Haram.
Sejarah Kota Thaif
Sejarah Kota Thaif surga di tengah gurun. Nama Thaif diambil dari keberadaan pagar atau tembok yang mengelilingi kota tersebut, Mengutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Abul Hasan Ali al -Hasani An Nadwi. Kota ini dihuni oleh orang-orang kaya dan para pemuka kaum Quraisy yang membangun istana-istana di sana.
Akan tetapi, kekayaan yang melimpah itu justru mengakibatkan kerusakan moral masyarakat. Orang kaya yang tingga di Kota Thaif dikenal gemar melakukan perbuatan riba, zina, dan minum khomr.
Kota ini memiliki sumber air yang melimpah, tanah subur, pohon-pohon yang berbuah lebat sehigga banyak pembuatan khamr dan minuman anggur.
Baca Juga : Tempat-tempat Wisata di Uzbekistan Saksi Kejayaan Islam Masa Lampau
Orang-orang dari suku Bani Tsaaqif memegang kepemimpinan di Kota Thaif. Suku Bani Tsaqif juga menjadi salah satu suku terbesar di Jazirah Arab yang diakui kekuatan dan kekayaannya.
Pada Zaman Rasulullah SAW, penghuni di Kota Thaif yang berasal dari suku Bani Tsaqif saling bermusuhan dengan kaum Quraisy dalam bidang spiritual dan sosial politik.
Pada saat itu, Thaif menjadi tempat penyembahan Lata, yaitu patung yang disembah dijadikan ritual tahunan. Sementara itu, kaum Quraisy menilai Patung Lata sebagai pesaing patung Hubal atau patung terbesar milik kaum Quraisy.
Kedatangan Rasulullah SAW ke Thaif
Kedatangan Rasulullah SAW ke Kota Thaif dengan tujuan untuk menyampaikan dakwah dan memohon perlindungan kepada suku Tsaqif dari tekanan yang beliau terima di Makkah. Kisah itu diceritakan dalam buku 114 Al-Qur’an Stories karya Vanda Arie.
Rasulullah SAW ke Kota Thaif untuk berdakwah bisa jadi disebabkan karena Kota Thaif merupakan pusat kekuatan dan kepemimpinan yang kedua setelah Makkah atau sebab paman-paman beliau berasal dari Bani Tsaqif.
Setiba di kota tersebut, Rasulullah SAW kemudian menemui tiga pembesar Bani Tsaqif, yaitu Mas’ud, Abdu Yalail, dan Habib. Beliau duduk bersama mereka dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT.
Akan tetapi, ajakan itu ditolak oleh suku Tsaqif dan mereka menghinanya. Mereka meneriaki Rasulullah dan melempari baliau dengan batu.
Zaid bin Haritsah, seorang sahabat yang menemani Rasulullah ke Kota Thaif, sudah berusaha melindungi beliau dari lemparan batu. Namun, batu tersebut tetap mengenai tubuh Rasulullah hingga berdarah-darah.
Rasulullah SAW bersama Zaid kemudian duduk beristirahat di bawah pohon kurma dalam keadaan menderita. Ternyata, apa yang ditemuinya di Kota Thaif jauh lebih berat daripada yang diterimanya dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah.
Pada akhirnya, Zaid bin Haritsah bersama Rasulullah SAW kembali lagi ke Kota Makkah. Peristiwa itu menjadi awal pergerakan hijrah Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan penduduk muslim Makkah lainnya menuju Madinah.
Penduduk Kota Thaif Memeluk Agama Islam
Dikisahkan dalam buku Dakwah Rasulullah karya Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Penduduk Kota Thaif yang terdiri dari suku Tsaqif kemudian memeluk agama Islam sesudah Fathu Makkah, tepatnya setelah berakhirnya perang Hunain pada tahun kedelapan Hijriah.
Sejak saat itulah, Kota Thaif dan penduduknya dari suku Tsaqif menjadi kaum yanng beriman. Mereka melaksanakan ajaran Islam dengan ikhlas, tulus, dan sukarela.
Demikianlah sejarah Kota Thaif yang didiami oleh Suku Tsaqif. Kota Thaif sebagai kota yang subur dan sejuk semakin memperkuat posisi Islam sebagai agama yang membawa rahmat (rahmatan lil ‘alamin).