Industri pariwisata mulai menggeliat pascahibernasi setelah terimbas pandemi Covid-19. Perjalanan domestik dan internasional perlahan dibuka dan diminati oleh banyak kalangan. Tidak hanya sekadar wisata, namun banyak pihak travel menawarkan referensi wisata syariah yang menarik bagi para calon konsumen untuk membangun spiritual journey.
Soal itu, Treetan berupaya membangun ekosistem wisata syariah untuk mempertemukan agensi dengan para treveler atau pelaku perjalanan.
Demikian disampaikan Aan Yugiastomo, Direktur Utama PT Treetan Nusantara Network dalam acara Grand Launching dan panel diskusi bertajuk “Membangun Ekosistem Wisata Syariah” yang dihadiri oleh 150 peserta secara hybrid pada Rabu (17/11).
Tujuan Treetan
Aan menyampaikan, Treetan memiliki tujuan membangun ekosistem wisata syariah dengan mendigitalisasi proses pemesanan paket yang telah dimiliki para travel agency. Treetan menjadikan proses pembelian produk akan lebih mudah, terpusat, dan terstandarisasi. Informasi dapat diakses di mana pun dan kapanpun dengan kecepatan distribusi yang maksimal.
“Kami senang bisa menjadi penghubung antara para travel agency dengan konsumen melalui platform Treetan,” ungkapnya.
Melalui aplikasi Treetan menjadikan para konsumen akan merasa aman dalam memesan tiket perjalanan umroh untuk membangun spiritual journey. “Semoga platform Treetan bisa memberikan manfaat dan bisa membangun ekosistem wisata syariah yang kuat,” ungkapnya.
Menurut dia, pesatnya perkembangan teknologi digital, Treetan hadir sebagai loka pasar atau marketplace yang menjadi penghubung antara penyedia layanan umrah, halal tour & travel dengan konsumen melalui platform website dan aplikasi.
Treetan melakukan transformasi digital yang berharga melalui solusi Offline to Online (OTO) dengan fitur campaign management, sistem manajemen pelanggan dan inventaris, serta integrasi cepat ke target pasar yang memudahkan para mitra dalam melakukan penjualan. Selain itu, Treetan juga memudahkan calon konsumen dalam proses pencarian informasi dan pemesanan paket wisata.
Untuk mendukung visi dan misi tersebut, kata Aan yang juga CEO Treetan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan, di antaranya adalah Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Harta Insan Karimah (HIK).
Kemudian, Treetan juga menggandeng YUKK dan Finnet untuk mendukung payment gateway pada website dan aplikasinya. Treetan juga berkolaborsi dengan PRIMKOP-IDI, Himpinan Pengusaha Nahdiliyin (HPN), Yayasan Al-Islamiyah Pejaten Timur, Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI), GAIVO, dan PPHI.
Kerja sama dengan berbagai pihak tersebut, lanjut Aan, menjadikan Treetan akan memberikan keamanan dan kenyamanan dalam proses pembayaran oleh para penggunanya.
Wakil Menteri Agama
Sementara itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa’adi, dalam acara tersebut menyampaikan bahwa jaminan kehalalan suatu produk merupakan keniscayaan dalam perdagangan global.
Menurut Wamenag, jaminan tersebut merupakan keniscayaan karena meningkatnya permintaan ekonomi halal, termasuk di negara-negara sekuler. Ia menyampaikan, wisata halal bukan islamisasi.
Zainut mengapresiasi peluncuran Treetan sebagai tumbuhnya geliat digitalisasi di bidang ekosistem syariah. “Pertumbuhan Indonesia, dibutuhkan transformasi ekonomi, salah satunya digitalisasi dan keuangan ekonomi syariah. Digitalisasi mempercepat penjualan,” ungkapnya.
Dia juga menyampaikan, tersedianya wisata halal bukan untuk menabrak kearifan lokal dengan cara mengislamisasikan. Tetapi, tidak bertentangan dengan syariat Islam.
“Wisata halal bukan islamisasi bukan pula menabrak kearifan lokal yang dapat dipertahankan selama tidak betentangan maqashid syari’ah. Tersedianya makanan, industri wisata halal,” katanya.
Orang nomor dua di Kementerian Agama (Kemenag) ini, mengungkapkan bahwa Indonesia jauh tertinggal dari Malaysia yang sudah memiliki 20 destinasi syariah. Pasalnya, Indonesia baru mempunyai 2 destinasi tersebut, yakni di Cikande, Serang, Banten dan di Sidoarjo, Jawa. Timur. “Saya kira perlu menambah kawasan industri halal,” katanya.
Sumber; Gatra